
KARANGANYAR,suaramerdekasolo.com – Potensi kelinci hias maupun pedaging di Karanganyar, perlu dioptimalkan. Sebab, peluang pasar untuk hewan bertelinga panjang masih terbuka lebar, sementara pasokan dari peternak masih terbatas.
Ketua Asosiasi Kelinci Karanganyar (AKAR) Murod mengungkapkan, masyarakat banyak yang belum sadar, bahwa kelinci merupakan hewan ternak yang memberikan keuntungan finansial, tak kalah dengan jenis hewan ternak lainnya.
“Karena itu, Akar berupaya mengubah mindset. Memberikan informasi, bahwa kelinci bisa menghasilkan uang. Terutama kelinci peranakan. Perlu edukasi intensif, agar banyak masyarakat yang tertarik beternak kelinci,” katanya, ditemui di sela acara Karanganyar Rabbit Show di Terminal Makuthoromo Karangpandan, Minggu (27/10).
Baca : Info Cegatan Wonogiri Gelar Sunatan Gratis dan Donor Darah
Baca : Ribuan Masyarakat Ikuti Makan Tahu Masal, Festival Kamlung Tahu Ngabeyan
Menurutnya, ada beberapa jenis kelinci peranakan, yang dengan perawatan lebih singkat dibandingkan kelinci lokal, namun keuntungan yang dihasilkan lebih besar.
“Misalnya, kelinci lokal bisa dipotong setelah usia 7 bulan, namun daging yang dihasilkan hanya 0,6 kg. Sementara kelinci peranakan, usia 2,5 bulan bisa dipotong, dagingnya mencapai 1 kg,” tuturnya.
Murod mengatakan, Karanganyar Rabbit Show merupakan salah satu upaya untuk mengenalkan budidaya kelinci kepada masyarakat. “Ini baru pertama digelar di Karanganyar. Antusiasme masyarakat luar biasa,” imbuhnya.

Baca : Margono, Tulis 13 Buku Berkisah Perjalannya Sejak Muda
Baca : Manfaat Saling Tolong Menolong Dalam Kesusahan Dan Penderitaan
Dalam kontes tersebut, ada tiga klasifikasi lomba. Untuk klasifikasi GG Exhibisi dan Open Breed, jenis kelinci yang diikutsertakan adalah Rex, Mini Rex, New Zealand, Holland Loop, Fuzzy Loop, Cals, Netherland Dwarf, Dutch, Flemis Giant.
Sedangkan untuk klasifikasi Adu Bobot, jenis kelinci yang menjadi peserta antara lain Bligon, Rex, New Zealand, Hyla, Hycole dan Flemis Giant.
Ada 135-an peternak kelinci yang menjadi peserta kontes, yang berasal dari berbagai kota di Jateng dan Jatim. (Irfan Salafudin)
Baca : Angkat Kuliner Lokal, The Sunan Hotel Gelar Festival Makanan Tradisional
Editor : Budi Sarmun